Dampak Seks Bebas Bagi Kesehatan

A. Pengertian Seks Bebas
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik dilakukan atas suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang- undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).
3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

B. Dampak Seks Bebas pada Remaja
1. Hamil diluar nikah
“Dari segi fisik, remaja itu belum kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20 – 30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja belum stabil”. Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja, boleh di bilang baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20 – 24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang menemukan jati dirinya.

Depresi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan dini ini, bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizoprenia atau dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si remaja terdorong melakukan hal – hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti, perang piring, remaja dicekik dan sebagainya.

Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama – sama berbahaya. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan, karena jiwa dan fisiknya belum siap. Risiko lainnya adalah keselamatan fisik, mental, dan trauma reproduksi berupa kerusakan alat reproduksi dan trauma psikologis berupa nyeri saat berhubungan seks (Dispareunia) maupun trauma sosial.

2. Aborsi
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
• Kematian mendadak karena pendarahan hebat
• Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
• Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
• Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
• Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
• Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
• Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
• Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
• Kanker hati (Liver Cancer)
• Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
• Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
• Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
• Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

3. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Berikut 7 jenis Penyakit menular seksual (PMS) yang ditularkan pria pada wanita yang dapat menyebabkan sakit, bisa menimbulkan kemandulan dan juga kematian.
1. HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

1. Gonorea (Kencing Nanah)
Kencing nanah atau gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Meskipun sering tanpa gejala, infeksi bakteri ini dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil dan mengeluarkan nanah setelah dua hingga sepuluh hari. Kalau tidak diobati, penyakit ini dapat berkembang menjadi artritis, lepuh-lepuh pada kulit, dan infeksi pada jantung atau otak.

Gonore dapat disembuhkan dengan antibiotika. Pada pria, gejala GO termasuk nanah pada saluran kemih dengan rasa panas saat berkemih. Gonorea yang tidak diobati atau ditangani dengan baik bisa menyebabkan epididimitis, yaitu kondisi menyakitkan pada buah pelir dan bisa menyebabkan kemandulan. Sedangkan pada perempuan, GO merupakan penyebab utama penyakit radang panggul dan seperti klamidia, bisa menimbulkan infertilitas. GO membuat seseorang 3-5 kali kemungkinannya mengalami HIV.

3. Klamidia
Klamidia termasuk salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) pada manusia. Penyakit ini merupakan salah satu IMS yang paling umum di seluruh dunia. Istilah infeksi klamidia juga mengacu pada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis bakteri Chlamydiaceae. Sebagai contoh, bakteri C trachomatis hanya ditemukan pada manusia. Bakteri ini dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata. Kondisi ini mempunyai gejala mirip gonore, walaupun bisa juga muncul tanpa gejala. Di Amerika, klamidia termasuk penyakit yang paling mudah diobati, tetapi mudah juga menginfeksi, yaitu sekitar 4 juta orang setiap tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan artritis parah dan kemandulan pada pria. Seperti sifilis dan gonore, penderitanya dapat disembuhkan dengan antibiotika.

Meskipun tidak menunjukkan gejala, klamidia dapat menimbulkan peradangan testikel, prostat, maupun uretra. Konsekuensi bagi wanita lebih serius lagi. Infeksi yang tidak ditangani menjadi penyebab utama penyakit radang panggul, kehamilan ektopik, dan beberapa kejadian infertilitas. Penelitian menunjukkan, 1 dari 8 perempuan yang ditangani untuk masalah klamidia mengalami infeksi kembali dalam waktu setahun.

4. Virus Herpes Simpleks (HSV-2)
Virus herpes simpleks 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2) adalah dua virus dari famili herpesvirus, Herpesviridae, yang menyebabkan infeksi pada manusia. HSV-1 dan 2 juga merujuk pada virus herpes manusia 1 dan 2 (HHV-1 dan HHV-2). Setelah infeksi, HSV menjadi tersembunyi, selama virus ada pada sel tubuh saraf. Selama reaktivasi, virus diproduksi di sel dan dikirim melalui sel saraf akson menuju kulit. Kemampuan HSV untuk menjadi tersembunyi menyebabkan infeksi herpes kronik’ setelah beberapa infeksi terjadi, gejala herpes secara periodik muncul di dekat tempat infeksi awal.

HSV-2 diduga yang menyebabkan sakit herpes genital oleh virus herpes simplex tipe 2, adalah infeksi seumur hidup yang menyebabkan lecet-lecet pada alat kelamin yang biasanya datang dan pergi. Ada pria yang tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi mereka tetap bisa menulari orang lain. Acydovir (Zovirox), sebuah obat yang diresepkan, dapat meringankan gejala-gejalanya, tetapi tidak menyembuhkan. Lecet-lecet karena herpes tersebut bisa meningkatkan risiko tertular AIDS melalui luka di darah.

5. Human Papillomavirus (HPV)
Human Papillomavirus atau Virus papiloma manusia adalah virus yang menyerang kulit dan membran mukosa manusia dan hewan. Lebih dari 100 jenis virus papiloma manusia telah diidentifikasikan. Beberapa jenisa virus papiloma dapat menyebabkan kutil, sementara lainnya dapat menyebabkan infeksi yang menyebabkan munculnya lesi. Semua HPV ditransmisikan melalui hubungan kulit ke kulit.

Hampir 95 persen kanker serviks disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV), dan 33 persen wanita dilaporkan punya virus tersebut,yang menyebabkan adanya sakit di leher rahim. Virus ini bisa menular lewat hubungan seksual, dan laki-laki pun bisa tertular oleh virus ini. Virus itu diketahui sebagai penyebab kanker leher rahim (serviks). HPV juga menyebabkan kutil genital dan meningkatkan risiko kanker pada penis dan anus pada pria. Jutaan pria membawa virus tersebut dan berisiko menularkan kepada pasangan seksualnya.

6. Sifilis (Penyakit Raja Singa)
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena sering dikira penyakit lainnya.

Penyakit Seksual Sifilis Raja Singa juga dikenal dengan nama Great Imitator karena gejala-gejala awalnya mirip dengan gejala-gejala sejumlah penyakit lain.Sifilis sering dimulai dengan lecet yang tidak terasa sakit pada penis atau bagian kemaluan lain dan berkembang dalam tiga tahap yang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun.

Secara umum, penyakit ini dapat membuat orang yang telah berumur sangat menderita, karena dapat mengundang penyakit jantung, kerusakan otak, dan kebutaan. Apabila tidak diobati, penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian. Kira-kira 120.000 orang di AS tertular sifilis tiap tahun. Untunglah, obat efektif untuk mengatasi sifilis telah ditemukan. Pencegahan penyakit itu belum terbukti mudah. Sifilis yang tidak ditangani dengan baik bisa merusak otak, sistem kardiovaskular, dan organ dalam tubuh. Lebih dari itu, memiliki sifilis berarti meningkatkan bahaya terinfeksi HIV/AIDS setidaknya 2-5 kali lipat.

7. Jengger Ayam atau Kutil di kelamin (Genital wart)
Jengger ayam atau kutil di kelamin ini disebabkan oleh sejenis virus papiloma, yang terkait dengan kanker penis serta anus. Obatnya tidak ada, walaupun kutil yang terjadi dapat dihilangkan melalui operasi atau dibakar, atau dibekukan. Akan tetapi setelah itu gejala yang sama dapat datang kembali.

C. Sex Education
Sex education pada remaja bertujuan agar dapat mengerti identitas dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi remaja. Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan sex untuk dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan sexual yang harmonis sebagai pasangan suami istri. Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

Remaja harus mempelajari pola-pola perilaku seksual yang diakui oleh lingkungan serta nilai-nilai sosial sebagai pegangan dalam memilih teman hidup. Remaja juga harus belajar mengekspresikan CINTA pada lawan jenisnya, dan belajar memainkan peran sesuai jenis kelamin, sebagaimana yang diakui oleh lingkungan. Dibawah ini diterangkan satu persatu mengenai tugas-tugas tersebut:
1. Memperoleh pengetahuan mengenai seks dan juga peran sebagai pria atau wanita dewasa yang diakui oleh lingkungan masyarakat sekitarnya
Pengetahuan ini penting sekali artinya, sebelum remaja mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam berinteraksi secara dewasa dengan lawan jenisnya. Dengan pengetahuan itu, ia akan mampu memahami kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikulnya sama baiknya dengan kesenangan dan kepuasan yang ia dapatkan. Dengan pengetahuan itu pula, ia akan lebih mampu memainkan peran sesuai jenis kelamin yang diakui oleh lingkungan masyarakat.

2. Mengembangkan sikap terhadap sex
Tugas perkembangan yang kedua dalam masa transisi seksual ini adalah mengembangkan sikap yang positif terhadap seksualitas. Sikap-sikap yang positif terhadap masalah seksualitas ini menyangkut perasaan remaja terhadap anggota kelompok lawan jenis, perasaan remaja terhadap peran perempuan atau laki-laki sesuai jenis kelamin, dan perasaan terhadap masalah-masalah seks itu sendiri. Semua perasaan ini menyangkut norma-norma yang diakui oleh lingkungan sosial dimana remaja itu menetap. Sikap yang positif terhadap masalah seksual akan mengarahkan remaja pada penyesuaian dalam heteroseksualitas yang lebih mudah dan lebih baik. Sekali saja suatu sikap terbentuk, sikap positif atau negatif, maka sikap itu cenderung akan menetap seumur hidupnya.

3. Belajar bertingkah laku dalam hubungan heteroseksual menurut cara yang diakui oleh lingkungan masyarakat
Belajar bertingkah laku sesuai apa yang diakui oleh lingkungan sosial dalam hal relasi heteroseksual merupakan tugas perkembangan ketiga dalam masa transisi menuju seksualitas dewasa. Pengalaman bergaul dengan lawan jenis akan banyak membantu remaja dalam usahanya menguasai tugas perkembangan ini.

4. Menetapkan nilai-nilai dalam memilih pasangan hidup
Tugas keempat yang harus dikuasai remaja dalam menjalani masa transisi menuju kehidupan seksualitas dewasa adalah menetapkan nilai-nilai yang akan menjamin suatu pengambilan keputusan yang bijaksana dalam memilih pasangan hidupnya.

5. Belajar untuk mengekspresikan cinta.
Tugas penting kelima adalah belajar menyatakan perasaan dan emosi yang terbangkit oleh orang yang dicintainya, sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pada masa transisi menuju kedewasaan, pada umumnya remaja harus belajar untuk menjadi lebih outer bound sebagai ganti dari sifat self bound yang merupakan ciri kekremaja-remajaan. Remaja harus belajar menunjukkan afeksinya dan memperlihatkan rasa sayangnya serta menerima hal itu dari orang lain, khususnya lawan jenisnya.

Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut diperhatikan :
• Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
• Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar remaja tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
• Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan remaja. Terhadap remaja umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
• Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap remaja. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus remaja.
• Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksremajaan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh remaja, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing remaja dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Dalam memberikan pendidikan seks pada remaja jangan ditunggu sampai remaja bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan remaja. Sebaiknya pada saat remaja menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.

4 responses to “Dampak Seks Bebas Bagi Kesehatan

  1. kehancuran bangsa dimulai dari kehancuran moral remajanya. semoga indonesia tidak bertambah parah

  2. hmmm,,,utk Himika, gmana klo kdpanx buat Kampanye Kesehatan mengenai “seks bebas”,,mis,kita turun di sekolah2,trutama kalangan SMA,,,yg masa pubertasx masih pd tahap awal,,,pasti bakal seru & mendapat respon baik dr masyarakat,,

  3. bole juga itu, jadi kita bisa mmbrikan sosialisai kepd para remaja ttg. free sex itu seperti apa, jadi. insylah bisa membrikan mnfaat kpda mreka scra pribadi atw sekolah.

  4. Kalau boleh sosialisasinya bukan hanya disekolah2 tapi jg dilingkungan masyarakat terutama kaum muda yang putus sekolah

Tinggalkan Balasan ke Mahyudin Angio Batalkan balasan